السلام عليكم
this site the web

Tantrum Tidak Normal Ketika...

Seringkali orangtua terkaget-kaget hah dengan prilaku ini. Bagaimana tidak? Selama ini, si kecil selalu manis, penurut, jarang sekali rewel, pendeknya gampang diurus peluk. Tiba-tiba setelah ulang tahun keduanya, atau bahkan lebih cepat lagi (16 bulan), anak jadi mudah mengamuk untuk hal-hal yang, menurut orangtua, mungkin sepele.

Ekspresi marah yang nyaris histeris ini :sobrakana: dikenal dengan istilah temper tantrum. Tantrum bisa muncul kapan saja dan dimana saja. Tak peduli di rumah, dalam perjalanan ataupun ditengah keramaian. Tak ayal ini membuat orangtua ’lumayan’ kalang-kabut. Daripada bingung terus menerus- yang malah akan berujung stress- dengan perilaku ini, lebih baik orangtua menyisihkan waktu untuk sedikit mempelajari seluk beluk tantrum fikir.

nerd Temper tantrum adalah ledakan kemarahan yang terjadi secara tiba-tiba, tanpa terencana. Pada anak-anak, ini bukan hanya untuk mencari perhatian dari orang dewasa saja. Ketika mengalami tantrum, anak-anak cenderung melampiaskan segala bentuk kemarahannya. Baik itu menangis keras-keras :waaah:, berteriak, menjerit-jerit, memukul, menggigit, mencubit, dsb.
Temper tantrum biasanya terjadi pada anak usia 1-4 tahun. Meski tidak menutup kemungkinan anak-anak yang lebih tua, bahkan orang dewasa pun pernah mengalami ledakan kemarahan ini sengihnampakgigi. Dan pada dasarnya, marah-marah pada anak-anak usia 1-4 tahun adalah hal yang wajar terjadi bagi usia mereka. Kebanyakan anak-anak mengalami hal ini.
Mengapa harus marah-marah soal?



Temper tantrum biasa terjadi karena beberapa hal pemicu. Diantaranya adalah:

1. Frustrasi. Jangan dikira hanya orang dewasa saja yang bisa frustrasi. Anak-anak pun mengalami hal ini. Misalnya, anak-anak akan menjadi cepat marah manakala mereka tidak bisa mencapai sesuatu yang sangat mereka inginkan. Dalam artian, mereka gagal. Kegagalan memicu rasa frustrasi, dan akhirnya kemarahan itupun meledak.
2. Lelah. Anak-anak yang kelelahan, akan menjadi mudah marah. Aktivitasnya yang padat dan sedikit waktu bermain akan membuat anak-anak cepat marah dan emosi.
3. Orangtua terlalu mengekang. Sikap orangtua yang terlalu banyak mendikte dan mengekang anak, juga dapat berpengaruh bagi emosinya. Anak-anak yang merasa jenuh dengan kekangan orangtuanya, suatu saat akan mencapai titik puncak kejenuhan. Dan marah-marah adalah salah satu bentuk ledakan tersebut.
4. Sifat dasar anak yang emosional. Beberapa anak mewarisi sifat dasar emosional dari orangtuanya fikir. Mereka ini cenderung tidak sabaran, gampang marah meski karena hal-hal kecil.
5. Keinginan tak dipenuhi. Salah satu kesalahan yang sering kali dilakukan orangtua adalah mereka begitu mudahnya membujuk anak-anak dengan iming-iming. Menangis sedikit, anak dibujuk dengan es krim atau mainan. Nah, akhirnya ini akan menjadi kebiasaan, dan anak-anak mengenali pola ini. Suatu ketika, ia memiliki keinginan akan sesuatu, ia akan menangis dan mengamuk jika keinginan tersebut tidak segera dipenuhi oleh orangtuanya. takbole

Bagaimana mengatasinya?

Mengatasi anak-anak yang sedang mengamuk itu gampang-gampang susah. Penuh dilemma. bising Tapi, ada beberapa kiat yang bisa kita gunakan untuk mengatasi masalah ini.

1. adacall Cari tahu penyebabnya. Dengan mengetahui penyebab anak-anak mengamuk, kita akan mudah menentukan langkah yang harus kita ambil dalam menghadapi mereka.
2. Jangan ikut emosi merajuk. Biasanya, orangtua akan ikut-ikutan menjadi emosi manakala anak mereka mengamuk. Orangtua bisa memukul, mencubit, dsb. Apakah itu solusi? Tidak. Anak-anak bukannya akan belajar mengatasi kemarahan mereka, tapi malah semakin menganggap orangtuanya jahat.
3. Abaikan dan ajari anak mengatasi kemarahannya. Jangan turuti semua hal yang diinginkan pada saat itu juga takbole. Bersikap cuek dan tidak memperdulikan kemarahannya, sebenarnya adalah cara yang sangat jitu untuk membuatnya tahu, bahwa kemarahannya tidak bisa membeli keinginannya. Katakan padanya, bahwa hanya anak-anak yang menyampaikan keinginan dengan cara yang baiklah yang akan mendapatkan keinginannya itu dari Anda. Bukan dengan amukan, tangisan, bahkan berguling-guling. Sikap tegas dan konsistensi Anda dengan sikap ini akan membuatnya berlatih lebih disiplin.
4. Sudut diam. Dalam artian, bukan mengurung anak di kamar mandi atau di gudang. Tidak perlu main kunci pintu atau rantai. Cukup sediakan sebuah kursi yang Anda sebut sebagai kursi diam. Saat mengamuk, dudukkan anak disana, dan ia tidak boleh kemana-mana sampai ia bisa menenangkan diri. Boleh juga meminta anak untuk masuk ke kamarnya sendiri dan menenangkan diri. Ia boleh keluar dan kembali menyapa Anda setelah ia tenang.
5. Sebagai orang tua kita memilki tanggung jawab yang sangat besar untuk membantu anak – anak mengembangkan cara pandang yang sehat dalam kehidupan dengan memberikan dukungan atau pujian terhadap anak yang berprestasi atau pujian untuk sikapnya yang baiknya 80% akan meningkatkan kemampuan dan kepercayaan diri pada anak. Maka bila sebaliknya orang tua terlalu sering mengkritik anak, maka anak akan merasa tertekan dan merasa semua idenya ditolak oleh anak 75% sikap permisif orang tua terhadap anaknya akan menimbulkan rasa rendah diri ini membuat anak menjadi tantrum.

Normalnya, memasuki usia 5 tahun, saat anak-anak mulai bersekolah dan bergaul dengan teman sebayanya, mereka telah mulai dapat mengatasi gejolak emosi mereka. Sesekali mungkin marah, tapi, mereka lebih bisa menahan diri. Nah, jika dalam waktu bertahun-tahun di masa sekolah mereka belum juga bisa mengatasi permasalahan ini, ini kemungkinan besar menunjukkan bahwa anak-anak bermasalah dalam emosinya. Bisa jadi, karena kesulitan belajar atau kesulitan bergaul dengan lingkungannya. Dan Anda butuh untuk berkonsultasi pada ahlinya untuk mengatasi masalah ini.

Dalam buku Raising Happy Children, Jan Parker dan Jan Simpson juga memaparkan dua jenis tantrum yang berbeda :

• Tantrum yang berawal dari kesedihan dan amarah
• Tantrum yang berakar pada kebingungan dan ketakutan

Berdasarkan penelitian 5 dari 10 anak mengalami tantrum buruk dalam 1 hari dan lebih dari 7 menit


Indah Rahayu, Spi
21 Agustus 2008

0 comments:

Post a Comment

 

ابن هرينط

شكرا, مع السلامة